Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Melanjutkan Penurunan Hingga Mendekati $2.020 Menjelang Inflasi AS
- Harga emas melemah karena sentimen pasar yang berhati-hati menjelang data Inflasi AS.
- Greenback yang membaik memudarkan kilau logam mulia ini.
- Investor tampaknya lebih memilih Dolar AS daripada Emas sebagai aset safe haven selama ketegangan geopolitik.
Harga emas bergerak dalam lintasan penurunan yang dimulai pada 7 Januari, beringsut lebih rendah mendekati $2.020 per troy ons selama sesi Asia pada hari Selasa. Logam mulia ini menghadapi perlawanan karena Dolar AS menguat untuk 2 sesi berturut-turut, didukung oleh imbal hasil obligasi AS yang melemah untuk mengantisipasi rilis data inflasi AS pada hari Selasa.
Antisipasi tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Maret. Prospek ini mengurangi daya tarik aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti Emas. Pasar hanya memperkirakan probabilitas 14% untuk penurunan suku bunga oleh the Fed pada bulan Maret. Namun, kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan Mei diprakirakan sekitar 60%.
Presiden Bank Federal Reserve (The Fed) Dallas, Lorie K. Logan, baru-baru ini menyatakan bahwa saat ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga. Ia mengakui "kemajuan signifikan" dalam menekan inflasi, namun menekankan pentingnya mendapatkan bukti tambahan untuk memastikan keberlanjutan kemajuan ini.
Harga Emas menghadapi tekanan turun karena Dolar AS mendapatkan permintaan baru di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pemberontak Houthi Yaman dilaporkan meluncurkan rudal ke sebuah kapal yang menuju ke sebuah pelabuhan di Iran, mengakibatkan kerusakan kecil pada kapal tersebut namun tidak ada korban luka pada awaknya, menurut pihak berwenang.
Israel melakukan serangkaian serangan udara di kota Rafah, Gaza selatan, pada hari Senin. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan niatnya pada hari Minggu untuk meningkatkan operasi militer di Rafah setelah menolak proposal gencatan senjata dari Hamas.